06 Agustus, 2009

SEJARAH RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA PROVINSI DIY


Resimen Mahasiswa merupakan organisasi yang terbentuk dari embrio TRIP, Tentara Pelajar, dan corps mahasiswa pada masa perang kemerdekaan. Dari dasar itulah Menwa Indonesia dipersiapkan dan dibentuk sebagai pasukan untuk bertempur melawan musuh dan langsung terjun ke lapangan untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Ketika masa Tritura Menwa Indonesia ikut serta dalam mobilisasi ke daerah perbatasan setelah perang kemerdekaan tahun 1960-an, Menwa Indonesia merubah visi dan misinya sebagai suatu pasukan cadangan Nasional di bawah Komando TNI. Kemudian Menwa hadir di kalangan civitas akademika sebagai wujud bela Negara. Ketika wajib latih mahasiswa dan pembentukan Resimen Mahasiswa dari tahun 1959 s/d 1965 lahirlah peraturan yang mewajibkan pembentukan Menwa di setiap Kodam di Indonesia. Pembentukan Resimen Mahasiwa Mahakarta dimulai sejak tahun 1962 dengan diadakannya pertemuan antara Dewan atau Senat Akademik beberapa Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta yang meghasilkan pembentukan Resimen Pembangunan pada tanggal 15 Januari 1962 secara de-facto dan de-jure berdirilah Resimen Pembangunan Mahakarta. Ketika itu Prof. Herman Yohannes yag menjabat sebagai Rektor UGM dilantik sebagai Komandan Resimen Pembangunan Mahakarta oleh Letjen TNI Ahmad Yani pada tanggal 10 Januari 1963. Setahun kemudian Resimen Pembangunan diikutsertakan dalam mobilisasi umum di daerah Irian Barat dan perbatasan Kalimatan. Pada tahun 1977 keluarlah Surat Ketetapan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri P dan K, Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri mengenai pembentukan Resimen Mahasiswa di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia yang berkonsep pada Bela Negara, sedangkan Resimen Mahasiswa Mahakarta Yogyakarta resmi terbentuk tanggal 19 April 1977 meskipun Menwa di DIY telah ada sejak 10 Januari 1963

MENWA MAHAKARTA MENEMUI DPRD TINGKAT I DIY

Resimen Mahasiswa Mahakarta melakukan aksi kebulatan tekad dengan berjalan berarakan, berkumpul di Mako Menwa UGM Bunderan UGM menuju kantor DPRD Tingkat I DIY hari ini (29 Mei 2000) mulai pukul 09.30 yang diikuti sejumlah 275 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Diterima oleh Wakil Ketua DPRD Tk. I DIY dan Ketua Komisi A DPRD, sejumlah wakil terdiri dari unsur Komandan Satuan Menwa se-Mahakarta bersama Ketua Tim Progresif Menwa Mahakarta menyampaikan pernyataan sikap Resimen Mahakarta (terlampir). Hal ini disambut baik oleh DPRD Tk I DIY dan memberikan pernyataan bahwa DPRD Tk I DIY mendukung Menwa Mahakarta DIY tetap eksis di DIY meskipun SKB dicabut dan Menwa dibubarkan, yang disampaikan sesaat setelah Dewan mendengar dengan cermat pernyataan sikap dan argumentasi para wakil Menwa Mahakarta di ruang pertemuan DPRD DIY. Aspirasi tersebut akan segera dibawa kepada forum DPRD DIY dan akan diteruskan ke DPR RI.

PERNYATAAN SIKAP

RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA YOGYAKARTA

WIDYA CASTRENA DHARMA SIDDHA

(Memenuhi kewajiban dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan)

MERDEKA !!!!!!!!

Indonesia sebagai sebuah negara yang besar, dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, posisi yang sangat strategis, saat ini telah kehilangan ke Indonesiaannya. Rakyatnya yang ramah tamah, santun, seolah hanya tinggal kenangan. Sangat ironis mengingat begitu banyak orang yang saat ini berjuang mengatas-namakan rakyat. Akan tetapi justru akhirnya rakyatlah yang menjadi korban.

Ketergantungan yang terlalu besar pada hutang luar negeri, berkembangnnya disintegrasi bangsa, kekuatan politik yang saling menjatuhkan, semaraknya balas dendam politik di semua lapisan masyarakat, pelecehan terhadap hukum, bahkan sampai penjualan terhadap pulau-pulau di tanah air, menjadi fenomena yang seolah-olah suatu hal yang sah dan wajar untuk terjadi.

Hal tersebut menimbulkan suatu pertanyaan besar????????. Sudah sedemikan hancurkah Indonesia?????. Ternyata sebuah revolusi telah terjadi, negara ini berada di suatu jurang, dengan dua pilihan. Pertama, mengedepankan kepentingan pribadi/golongan yang telah di poles dengan cantik seolah-olah menjadi kepentingan rakyat, yang akhirnya hanya akan menyebabkan bangsa yang kita cintai ini menuju sebuah kehancuran, atau pilihan kedua, tetap berjuang bersama seluruh komponen bangsa yang

menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, nasionalisme, kebangsaan, solidaritas dan hak asasi manusia, untuk bersama-sama keluar dari krisis. Akan tetapi sayangnya nilai-nilai tersebut saat ini dijalankan secara sepotong-potong tergantung kebutuhan masing-masing pihak.

Fenomena lain yang cukup menarik juga telah terjadi menyangkut akan dihapusnya sebuah komponen bangsa yang peduli terhadap nilai-nilai luhur tersebut, yaitu Resimen Mahasiswa (Menwa). Dengan mengangkat isu-isu lama tentang Menwa, seperti budaya kekerasan, intel militer, anti demokrasi, kaki tangan rektor, lahir oleh SKB 3 Menteri (Mendiknas, Menhan, Mendagri), dan lain-lain. Di mana isu-isu tersebut muncul dari pihak-pihak yang tidak memahami Menwa secara keseluruhan. Mereka melihat bahwa Menwa identik dengan ABRI/TNI karena Menwa berseragam warna hijau maka serta-merta hal tersebut melekat pada diri Menwa. Dan perlu ditekankan bahwa Menwa lahir bukan karena SKB 3 Menteri, melainkan tumbuh dari kesadaran bela negara, nasionalisme dan kebangsaan dari mahasiswa.

Menyangkut hal tersebut ada beberapa hal yang perlu ditegaskan dan dimengerti, yaitu: Menwa adalah lembaga pengkajian dan aplikasi bela negara di lingkungan kampus. Menwa adalah laboratorium penanaman nilai kebangsaan, nasionalisme, demokrasi dan solidaritas. Menwa adalah lembaga yang mengaplikasikan kemampuan anggotanya dalam halbela negara dan pembangunan masyarakat. Menwa bukan merupakan kepanjangan tangan salah satu pihak. Pengkritisian terhadap semua lembaga selalu dilakukan dengan cara yang santun. Walaupun sekarang ini Menwa dikekang oleh sistem, diserang dengan opini yang 'miring', dengan penuh kesadaran akan kelangsungan hidup bangsa, Menwa akan terus hidup sebagai salah satu komponen bela negara dan komponen pembangunan masyarakat.

Menyikapi permasalahan bangsa yang mendesak, maka Resimen Mahasiswa Mahakarta: Menuntut pemerintah untuk lebih peka dan tanggap terhadap masalah-masalah kebangsaan. Menuntut kepada elit politik untuk menghentikan konflik horisontal maupun vertikal dan mulai bertindak menyelesaikan permasalahan dengan mengedepankan kepentingan bangsa. Menuntut kepada pemerintah untuk membina dan mengembangkan komponen-komponen bangsa yang sadar akan bela negara dan wawasan kebangsaan.

Menuntut pemerintah untuk tidak terjebak melakukan dendam politik tapi harus bertindak obyektif menyeluruh. Menuntut pemerintah mengoptimalkan pembinaan generasi muda dengan menanamkan nilai nasionalisme dan kebangsaan.

Kepada seluruh rakyat Indonesia Resimen Mahasiswa Mahakarta menyerukan:

Bersama-sama membentuk oposisi obyektif baik secara individu maupun lembaga, yang selalu mengkritisi segala kebijakan pemerintah, dan selalu siap menjalankan bersama kebijakan tersebut disaat itu merupakan jalan keluar bagi kita untuk terlepas dari krisis yang menimpa bangsa Indonesia yang kita cintai bersama.

Ibu Pertiwi ingin negeri ini tetap berdiri dengan gagah, tercapai kemakmuran bagi rakyatnya. Dan bekerja bersama adalah caranya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa merestuinya.

Amin.

RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA

“lambang menwa sendiri adalah bulu dan senapan yang saling bersilang. Posisi bulu yang berada di atas senapan menegaskan bahwa menwa adalah intelektual sipil bukan militer, dan tugas utama seorang menwa adalah tetap belajar dan belajar untuk pembangunan indonesia”

“pejuang pemikir=pejuang yang berintelektual dengan ilmu yang diperoleh dari universitas, pemikir pejuang= intelektual muda yang memiliki nasionalisme, dan siap mempertahankannya dari ancaman pihak lain”

SUMBER : http://mahakarta.co.cc/1_7_Sejarah.html

SEJARAH RESIMEN MAHASISWA SURYANATA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


BATALYON MAHASISWA 17 MEI

Yon mahasiswa 17 Mei adalah merupakan bentuk permulaan daripada timbulnya Menwa di Kalimantan Selatan. Nama Yon mahasiwa 17 Mei ini diambil dari nama peringatan sejarah perjuangan rakyat di Kalimantan Selatan yaitu Divisi IV ALRI 17 Mei 1949. Pembentukan Yonwa 17 Mei ini berdasarkan SK Pang Dam X/Lam tgl. 27 Februari 1962. Anggota – anggota Yonwa 17 Mei pada waktu itu terdiri dari mahasiswa – mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat dan Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin. Kekuatan Batalyon ini tediri dari 5 Kompi dan diantaranya 1 Kompi puteri. Selanjutnya, latihan kemiliteran dari Yonwa 17 Mei ini diberikan oleh Instruktur dari Kodim 1007 Banjarmasin dan latihan ini merupakan bentuk Walawa yang pertama, selain latihan – latihan kemiliteran di lapangan, juga diberikan pengetahuan kemiliteran secara teratur antara lain teori – teori pertahanan negara. Dari anggota – anggota Yonwa inilah yang nantinya akan memimpin Resimen Mahakala/ Yon Nagarunting dan Menwa Suryanata Kalimantan Selatan.

RESIMEN MAHASISWA KALIMANTAN SELATAN (MEN-MAHAKALA)
Dengan adanya keputusan bersama : 1. Antara Wampa Hankam dan Materi PTIP No, M/A/19/63 tanggal 24 Januari 1963 tentang penyatuan mata pelajaran pertahanan negara sebagai daripada kurikulum Perguruan Tinggi 2. Dan keputusan bersama Wampa Hankam dan Menteri PTP No. M/A/20/63, tentang pelaksanaan pendidikan dinas pertama dari wajib latih dan pembentukan Resimen Mahasiswa di lingkungan Perguruan Tingggi. 3. Keputusan bersama antara Wampa Hankam dan Menteri PTIP No. M/A/21/63, tentang pelaksanaan pendidikan dinas pertama dari wajib militer di lingkungan Perguruan Tinggi dalam rangka pendidikan perwira cadangan. Maka berdasarkan hal – hal tersebut di atas, Yonwa 17 Mei diorganisir menjadi Resimen Mahasiswa yang diberi nama Mahakala (singkatan dari Mahasiswa Kalimantan Selatan ). Resimen Mahasiswa ini terdiri dari 2 batalyon dimana 1 batalyon daripadanya merupakan batalyon inti yang bernama batalyon “NAGARUNTING” yang bertugas sebagai militer bantuan dan taksis operationil langsung di bawah Kodam X / Lam.
Selanjutnya, 1 batalyon lainnya merupakan kesatuan pengawal di lingkungan Perguruan Tinggi yang taktis operationil langsung dibawah Rektor Unlam yang pada waktu itu Bapak Milono. Dengan adanya 2 batalyon yang berbeda pembinaannya, maka timbullah dualisme dalam Resimen Mahakala ini sehingga sering terdapat perbedaan pendapat tentang tugas – tugas yang dilaksanakan pada waktu itu. Tapi berkat saling pengertian dan rasa persatuan masing – masing Komandan Batalyon Nagarunting Sdr. GT. Hidayat AR dan Syamsuri dengan Komanda Batalyon pengawal Sdr. Amarill HS , maka perpecahan dalam tubuh Resimen Mahakala ini dapat dihindarikan. Selanjutnya dengan terdapatnya perkembangan – perkembangan yang pesat di dalam kesatuan–kesatuan Resimen Mahasiswa ( Menwa ) ditiap Perguruan Tinggi, sesuai dengan dinamikanya revolusi dalam rangka Trikora dan Dwikora sehingga satuan yang tadinya dimaksudka sebagai Resimen Pembina/ ADM, akhirnya menjelma menjadi Resimen taktis/lapangan. Kedudukan Menwa ini kemudian diperkuat dengan adanya keputusan bersama antara Menko Hankam/KASAD dan Menteri PTIP No. M/A/165/2/PTIP/65. Kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Resimen Mahakala : Pengamanan dilingkungan Perguruan Tinggi Tugas – tugas inteligen Mengikuti dalam manouver mandau telabang Bersama – sama dengan ABRI mengadakan penggrebekan atas penimbunan barang – barang pokok Memberikan fasilitas dan bantuan dalam pengummpulan dana palang merah dan korban bencana alam. Ikut sebagai keamanan POM ke – V di Jakarta. Kemudian karena kurangnya pembiayaan maka perkembangan resimen Mahasiswa ini menjadi macet kembali sehingga penggunaannya tidak dapat teratur seperti apa yang diharapkan. Selanjutnya Menwa Mahakala menjelang aksi – aksi demonstrasi KAMI/KAPPI pada tahun 1966 keutuhannya tidak dapat dipertahankan lagi yang disebabkan karena dualisme pembinaan tersebut diatas, disatu pihak Resimen Mahakala sebagai mahasiswa harus ikut menyalurkan aspirasi angkatan ’66 pada waktu itu dan dilain pihak sebagai unsur pengaman antara Komando dengan angkatan ’66. Akhirnya Resimen ini tak dapat dipertahankan lagi dengan ikut sertanya Sdr. Amarill HS aktif dalam memimpin demonstrasi KAMI maka secara langsung Batalyon pengawal turut pula melepaskan baju hijaunya mengganti dengan jaket loreng/kuning KAMI. Sedangkan Yon Nagarunting tetap dengan seragamnya dengan tugas mengawal keamanan para demonstrasi pada waktu itu.

RESIMEN MAHASISWA SURYANATA KALIMANTAN SELATAN (MEN-MAHANATA)
Setelah kegagalan Resimen Mahakala maka atas inisiatif dari PangDam X/Lam yang pada waktu ialah Bapak Brigjen M. Sabirin Muchtar diadakan reorganisasi kembali Resimen Mahakala dengan disesuaikan pada ketentuan – ketentuan yang baru dari Menteri Hankam dan PTIP. Pada tanggal 25 Juni 1966 dikelurkanlah SK Pang Dam X/LAM No.133/2/1966 tentang pembentukan Resimen Mahasiswa Suryanata Kalimantan Selatan (MAHANATA), Pang Dam X/Lam melantik Menwa ini dengan kekuatan 3 batalyon; terdiri dari 1 Yon Wanra, 1 Yon serbaguna dan 1 Yon Linmas dan khusus 1 Kompi puteri. Sesuai dengan perkembangan Perguruan Tinggi di daerah Kal.Sel yang semakin meningkat maka anggota Menwa Suryanata ini mencakup seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Kal. Sel yaitu :
1. UNLAM

2. I.A.I.N Antasari

3. IKIP cabang Bandung di Banjarmasin ( belum integrasi dengan Unlam )

4. Universitas Achmad Yani

5. A.A.N

6. S.T.O

7. A.P.P.N.O

8. I.K.I.P Muhammadiyah

9. Akademi Theologia

Rencana semula Menwa Suryanata ini dengan kekuatan 3 batalyon organik , ternyata juga mengalami keseretan , karena erbentur pada soal pembiayaan , terutama untuk perlengkapan. Namun demikian, Menwa Suryanata ini tetap jalan terus dan berkat bantuan Bapak Brigjen M. Sabirin Muchtar, maka untuk sementara dapat dipenuhi keperluan perlengkapan sebanyak 1 Kompi tersebut. Walaupun organisasi Menwa Suryanata ini dalam keadaan yang seret jalannya, tapi berkat kemauan serta tanggungjawab yang besar dari para pembimbingnya, maka organisasinya tetap dapat bertahan hingga tahun 1971. Selain bantuan dari Bapak Brigjen M. Sabirin Muchtar pada waktu itu, Menwa Suryanata ini dapat bantuan serta perhatian dari Bapak Pj. Gubernur / Kdh Prop. Kal. Sel, M. Yamani, sehingga keperluan – keperluan administrasi dapat diatasi. Komandan Resimen Mahasiswa Suryanata , yang pertama adalah Sdr. Syar’i Mushafa (alm),tapi karena kesibukan – kesibukan sehingga tak dapat membimbing Menwa ini secara fulltimer, maka Dan Menwa Suryanata ini hanya selama 6 bulan memegang jabatan tersebut. Selanjutnya jabatan Dan Menwa Suryanata menjadi fakum, maka untuk kestabilan organisasi tersebut, jabatan Dan Menwa dirangkap oleh Sdr.Gt. Hidayat. AR , yang juga menjabat sebagai Kastaf pada waktu itu. Setelah mengalami masa – masa pasang surut dan timbul tenggelam, maka Menwa Suryanata ini menjelang akhir tahun 1971 menjadi kuat kembali. Hal ini disebabkan teraturnya kembali organisasi Menwa ini. Dimana pada waktu itu (1971) jabatan Dan Menwa Suryanata dipegang oleh seorang ABRI ( sesuai dengan Rako Resimen – resimen Mahasiswa se – Indonesia ) di – Jakarta tahun 1969. Untuk jabatan Komandan Resimen Mahasiswa Suryanata ini dipercayakan kepada Bapak Kapten Noer Brand ( sekarang mayor ), beliau bukanlah orang baru bagi mahasiswa Unlam yang senior, karena beliau adalah salah seorang Instruktur yang melatih Yonwa 17 Mei yang lalu. Berkat bimbingan dan kepemimpinan beliau Menwa Suryanata menjadi kuat dan semakin maju. Sesuai dengan SK bersama antara Menko Hankam/ Pangab dan Menteri PTIP No. M/A/65/1965 dan 2 /PTIP/1965, telah dijelaskan tentang kedudukan Resimen Mahasiswa Suryanata yang antara lain : bahwa Menwa merupakan bagian dari organisasi pertahanan sipil dan administratif organisasi berada dalam struktur Hansip dimana ia berada. Maka dengan semakin berkembangnya organisasi Hansip/Wanra didaerah – daerah seluruh Indonesia Menwa turut pula semakin kuat dan semakin maju. Berkat bantuan dan perhatian secara serius dari Kamada Hansip/Wanra XIV Kalimantan Selatan Bapak Gubernur Subardjo, maka kekuatan personil Menwa Suryanata ini semakin bertambah, diaman dengan didropnya perlengkapan yang baru, jumlah anggota Resimen Mahasiswa Suryanata Kal.Sel. yang semula 1 Kompi sekarang menjadi 1 Batalyon ( terdiri 3 Kompi putera dan 1 Kompi puteri ). Selanjutnya, Staf Komando ini dilengkapi dengan asisten I s.d IV dan pengangkatan Dan Yon beserta Dan Kie – Dan Kie dan Ton – Ton. (sekarang asisten I s.d VI ).

Berkat organisasi yang teratur dan kuat maka Resimen Suryanata Kal. Sel. ini telah banyak men “ dharma bahkti ” kan dirinya guna kepentingan negara, bangsa dan pembangunan.

Sumber : http://menwasuryanata.wordpress.com/sejarah/

SEJARAH RESIMEN MAHASISWA MAHASURYA PROVINSI JAWA TIMUR


Unair dahulu didirikan atas bantuan dari Angkatan Laut dan untuk guru/dosennya pertamakalinya adalah dari Angkatan Laut, dan tempat/ tanah juga berasal juga dari angkatan laut mulanya unair hannya mempunyai 4 fakultas dengan kondisi Negara yang sedang genting disebabkan karena persebaran faham komunis yang sedang gencar-gencarnya.

Pada saat itu yang dikhawatirakan oleh presiden adalah mahasiswa yang notabenenya adalah sebagai generasi penerus jangan sampai terkotori oleh faham – faham komunis.

Waktu itu 10 mahasiswa berkumpul dan secara rahasia mengajak mahasiswa yang sedang di Surabaya mengadakan rapat – rapat tersembunyi dan kemudian puncaknya adalah mahasiswa mengajukan kepada rektorat untuk menghancurkan faham – faham komunis dikalangan kampus dan rektorat menyetujuinya dari pihak Angkatan Laut pun mendukung dengan memberikan solusi berupa fasilitas berupa tempat pendidikan militer dan juga alat – alatnya kepada gerakan mahasiswa yang bertujuan sebagai pemerkuat pondasi bangsa. Gerakan tersebut juga dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa diIndonesia dan menamainya dengan Resimen Mahasiswa.

Sebagai upaya mahasiswa untuk mempertahankan negara dengan menghancurkan faham komunis yang menyebar dikalangan kampus Resimen Mahasiswa yang pada saat itu berbaret merah sebelum akhirnya disesuaikan dengan jati diri mahasiswa yang kemudian diganti dengan warna ungu yang berarti kejujuran dilatih oleh pelatih angkatan laut dari marinir dan kodikal resimen mahasiswa siap berjuang untuk Negara dengan segenap jiwa raga sebagai bentuk dari perwujutan jiwa nasionalis dari kalangan mahasiswa di seluruh Indonesia.



MAHASURYA

Mahasurya adalah mahasiswa timur Indonesia yang harus mampu menerangi jawatimur dan nasional. Mempunyai spesialisasi yang dididik marinir dengan kemampuan penembakan, penerjunan, penyelaman dan masih banyak lagi yang tidak dimiliki oleh resimen mahasiswa lain pada saat itu.
Dengan lambang tugu pahlawan, toga dan bulukalang yang dibawahnya bertuliskan pejuang pemikir pemikir pejuang yang mempunyai warna dasar merah yang berarti berani, kuning yang berarti agung dan hitam yang berarti luhur sudah tercapai dan disepakati dengan komandan yang pertamakali adalah Benticoalu tahun 1967.
Dan logo widyacastrena dulu adalah logo yang sama dimiliki oleh ABRI dengan dibawahnya jangkar ada buku tanpa padi dan kapas.
Setelah tahun 1967 atas keputusan tiga mentri logo widyacatrena dirubah dan ditambah padi dan kapas. Resimen mahasiswa mulai dibentuk persatuan – satuan seperti 801 yaitu satuan unair yang pada tanggal 17 juli tahun 1961 dijadikan sebagai hari kelahiran satuan 801 universitas airlangga .


TIMOR - TIMUR

Setelah baret telah dirubah menjadi berwarna ungu yang berarti kejujuran menyesuaikan dengan jati diri mahasiswa dan pelatih yang telah diambil alih oleh angkatan darat resimen mahasiswa menjalankan tugas luar kampus yang pertamakali dengan berjuang di timor – timur. Pertamakalinya pada saat itu adalah dipakainnya lambang kesatuan – kesatuan dan kepangkatan – kepangkatan dimedan perang menjadikan musuh dapat membedakan pangkat tertinggi dan yang mana yang mahasiswa akhirnya pada pendaratan yang pertama kali resimen mahasiswa dan TNI dihabisi oleh musuh. Dengan tidak mengulang pengalaman yang pertamakali pendaratan selanjutnya berhasil dan timur – timor dapat diambil alih sebelum akhirnya sekarang melepaskan diri lagi. Untuk mahasiwa patutlah diingat bahawa pengorbanan kepada Negara ini sangatlah besar harganya sehingga nyawa menjadi taruhannya. Jadi rasa nasionalis jangan sampai terkikis oleh faham – faham yang tidak jelas keberadaanya juga tentunya materi – materi yang dapat menghilangkan rasa memiliki Negara, ingatlah para leluhur mahasiswa yang dengan segenap jiwa dan ragannya ikut bertempur ditimor – timur dan gerakan – gerakan lainnya demi mempertahankan Negara. Resimen mahsiswa didirikan atas usulan oleh mahasiswa sendiri dan Negara hannya memfasilitasi.
Dan setelah perang timor – timur Negara memberlakukan Sishankam rata yaitu semua pegawai negri / negara memakai pakaian atribut hansip.

Tahun 1998 saat terjadi revolusi Negara oleh mahasiswa resimen mahasiswa diburu karena dianggap sebagai alat dari Negara. Dan karena sangat menyayangkan untuk dibubarkannya dan agar sesama mahasiswa tidak bermusuhan resimen mahasiswa yang notabenenya sebagai mahasiswa terlatih dan memiliki jiwa nasionalis yang tinggi dengan ikut sertannya dalam menghalau berbagai gerakan – gerakan yang bertujuan menggulingkan suatu negara akhirnya pada tahun 2000 atas keputusan tiga menteri resimen mahasiswa divacumkan dan berubah nama dari satuan menjadi unit kegiatan mahasiswa. Tetapi sebagai batalyon cadangan yang memang dipersipakan oleh Negara resimen mahasiswa siap jika negara sewaktu – waktu membutuhkan.

Untuk kegiatan resimen mahasiswa yang sekarang adalah tetap melaksanakan pendidikan militer dan berbagai latihan – latihan seperti halang rintang penerbangan, penyelaman, pendakian, latihan tembak latihan SAR juga seminar – seminar yang berguna memupuk rasa mencintai Negara. Dalam lingkungan kampus ikut membantu rektorat dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan karena resimen mahasiswa adalah mahasiswa kami tidak akan ada tanpa adannya mahasiswa.

Sumber : http://menwa801.blogspot.com/2008/09/sejarah-resimen-mahasiswa-mahasurya.html

SEJARAH RESIMEN MAHASISWA MAHAWARMAN PROVINSI JAWA BARAT


19 Desember 1961 bergeloralah di Yogyakarta Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RI bung Karno yang menggentarkan dunia dengan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita engan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya. -Trikora-

1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papuaa
3. Adakan Mobilisasi Umum>

13- VI s/d 14 IX 1959 jauh telah diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH) dididik di kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang Siliwangi.

Sejak Trikora bergema maka kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi.

Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari 1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama : Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi disingkat BPP Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi.

1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.

Februari 1962 diadakan Refresing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati.

20 Mei 1962
Anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/Slw menjadi bagian organik dari Kodam VI/ Slw

Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk pembentukan kader inti putri.

Mahasiswa/i Jabar (Bandung Khususnya) mengikuti Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba Dam III/ Slw, Bihbul). Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL.

12 Juni 1964 keluarlah Surat Keputusan menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. Nasution Jenderal TNI yang mengesahkan, Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwangi.

Sumber : http://mahawarman.org/index.php?option=com_content&task=view&id=63&Itemid=1

SEJARAH RESIMEN MAHASISWA MAHAWIJAYA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Resimen Mahawijaya Satuan II
IAIN Raden Fatah Palembang

Sejarah
Sejarah berdiri Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawijaya Satuan II IAIN Raden Fatah Palembang tidak terlepas dari benih lahirnya Resimen Mahawijaya Sumatera Selatan yang tercipta pada tahun 1963.
Saat itu telah ada pelatihan kemiliteran bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang ada di provinsi Sumatera Selatan. Para pembinanya Letnan Kolonel A Mastjik dan Kapten Chaidir Basri. Hal ini merupakan perwujudan perintah Menteri PTIP Nomor 1/1962 tentang pembentukan korps sukarelawan di perguruan tinggi.
Setelah dihapuskannya wajib latih mahasiwa (Walawa) sebagai mata kuliah wajib, maka disusunlah rencana pembentukan wadah para mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan tersebut.
Pada tanggal 20 Januari 1970 lahirlah Menwa Mahawijaya. Peresmian ini dilakukan oleh Gubernur Sumatera Selatan waktu itu Haji Asnawi Mangku Alam, bersamaan dengan dilantiknya Komandan Resimen Mahawijaya. Komandan Resimen Mahawijaya pertama Kolonel Jahya Bahar-sekarang sudah almarhum-, yang juga menjabat sebagai Komandan Resimen Induk Daerah Militer IV/Sriwijaya.
Untuk memudahkan pengendalian anggota, maka dibentuklah Batalyon Menwa. Batalyon yang tertua adalah Ba//ini saitalyon A Universitas Sriwijaya yang didirikan pada tanggal 20 Januari 1971.
Di antara tahun 1974 dan 1976, dilakukan penyempurnaan masalah administrasi dan operasi, setelah selama beberapa waktu terjadi ketidakjelasan dalam hal pembinaan. Untuk mengatasi hal ini -setelah keluarnya Surat Keputusan Bersama (kSKB) Tiga Menteri pada tahun 1975- diutuslah beberapa orang anggota untuk mengikuti Kursus Kader Pimpinan (Suskapim) Menwa di Jakarta.
Dan pada tahun 1976, kiprah secara nasional Resimen Mahawijaya dimulai dengan dilakukannya pengiriman anggota ke Timor Timur dalam kaitannya dengan Operasi Seroja.
Pada tahun 1977, terbentuklah susunan staf Komen, dibawah komando Mayor (Czi) Rubandi, Kasdim 0418/BS Palembang saat itu.
Selanjutnya pada 1978, dilaksanakan Pendidikan Dasar (Diksar) Angkatan I Menwa, bertempat di Susjur Kodiklat Kodam IV Sriwijaya. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang mahasiswa terdiri dari 30 mahasiswa Universitas Sriwijaya dan 30 mahasiswa IAIN Raden Fatah Palembang. Pada tahun berikutnya, dimulailah kegiatan baru, yaitu Pra Pendidikan Dasar Kemiliteran (Pradiksarmil).
Saat itu pula didirikan pula Batalyon-Batalyon Menwa di perguruan tinggi termasuk di IAIN Raden Fatah dengan nama Batalyon B.
Setelah 30 orang mahasiswa IAIN mengikuti diksar Angkatan I itu maka dibentuklah Batalyon B di IAIN Raden Fatah, tepatnya pada 21 April 1978. Sebagai Komandan Batalyon yang pertama adalah Andi Akil. Pada tahun 1980, diadakan pembenahan organisasi. Hal ini dilakukan dengan digantikannya penamaan batalyon yang menggunakan abjad (A, B, C, dan seterusnya) menjadi nama yang menggunakan angka romawi (I, II, III, dan seterusnya). Untuk Menwa IAIN sendiri berubah menjadi Batalyon II. Sejak 1995 kembali mengalami perubahan menjadi Satuan. Untuk Menwa IAIN berubah menjadi Satuan II hingga sekarang ini.


Kegiatan-Kegiatan
Di antara kegiatan yang dilakukan anggota dalam rangka pemberdayaan Menwa:
- Satgas Bakti Sosial Menwa PTAI se-Indonesia tahun 1996 di Desa Santapan, Miji, Talang Dukun, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.
- Bakti sosial ke Desa Kimak, Bangka tahun 1997
- Tadabur alam bersama Mapala dan Pramuka di Gunung Dempo Pagaralam tahun 1997 dengan jumlah personel sebanyak kurang lebih 100 orang
- Napak tilas Front Langkan di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 1999
- Seminar Hankam di IAIN Raden Fatah tahun 2000
- Bakti Sosial di Desa Tanjung Serang, Kecamatan Kota Kayuagung, Kabupaten OKI tahun 2000
- Kunjungan ke Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Sakatiga, OKI tahun 2000
- Donor darah di kampus IAIN Raden Fatah tahun 2008
- Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya.

Tradisi Purnabakti Alumni Menwa IAIN Raden Fatah

Acara tradisi purnabakti bagi alumni Menwa IAIN Raden Fatah Palembang dilaksanakan dalam suatu upacara resmi dengan inspektur upacara Rektor atau Pembantu Rektor III. Acara ini dilaksanakan setiap usai pelaksanaan wisuda bertempat di depan markas Menwa.
Pelaksanaan tradisi purnabakti di Satuan IAIN Raden Fatah ini merupakan satu-satunya yang ada di Menwa Mahawijaya Sumatera Selatan. Bahkan mungkin satu-satunya di Indonesia.
Untuk peserta upacaranya dari alumni yang telah menamatkan kuliahnya serta para staf dan anggota Menwa IAIN. Untuk undangan yang hadir biasanya dari ketua organisasi intra kampus, pengurus alumni Menwa Sumatera Selatan, Komandan Resimen Mahawijaya Sumatera Selatan, Komandan Satuan se-Resimen Mahawijaya, dan orangtua/wali alumni yang purnabakti.
Pelaksanaan tradisi purnabakti ini diawali dengan kedatangan Rektor atau Pembantu Rektor III dengan pengawalan dua anggota provos selaku inspektur upacara. Setelah laporan perwira upacara, inspektur upacara langsung menuju podium atau mimbar satu yang telah disediakan.
Setelah itu komandan upacara menyiapkan pasukan atau peserta upacara. Lalu dilanjutkan dengan penghormatan pasukan dan pemeriksaan barisan peserta upacara. Kemudian komandan upacara melaporkan akan dimulainya pelaksanaan upacara.
Lalu tibalah pada acara inti yakni pelaksanaan tradisi purnabakti. Posisi alumni yang berjajar-jumlahnya tergantung dari berapa anggota yang diwisuda tahun itu-berhadapan langsung dengan inspektur upacara dengan jarak sekitar tujuh meter.
Setelah komandan upacara bergeser tempat, para alumni dengan dipandu komandan kompi berjalan menuju podium tempat inspektur upacara berdiri. Setiba di depan inspektur upacara yang berjarak sekitar dua meter, alumni yang memakai baju bebas pantas ini langsung mengambil posisi jongkok.
Lalu inspektur upacara turun dari podium didampingi komandan satuan menyiramkan air bunga yang wangi dengan menggunakan gayung ke kepala dan badan masing-masing alumni. Filosofi penyiraman air wangi bunga itu yakni ketika masuk Menwa anggota diceburkan ke dalam kubangan yang kotor dan setelah menyelesaikan pengabdiannya di Menwa disiram dengan air yang bersih dan wangi.
Kemudian penyiraman dilanjutkan oleh orangtua/wali alumni, para undangan serta staf dan anggota Menwa. Setelah itu, para alumni yang dalam keadaan basah kuyup ini balik kanan dan kembali ke posisi semula. Kemudian dilanjutkan dengan ucapan selamat dari rektor dan undangan lainnya.
Lalu dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara serah terima alumni dari Komandan Satuan II IAIN kepada pengurus ikatan alumni Menwa yang disaksikan oleh Rektor dan Komandan Resimen Mahawijaya.
Upacara dilanjutkan dengan sambutan dari alumni yang purnabakti, pengurus alumni Menwa, dan amanat inspektur upacara. Setelah laporan komandan upacara bahwa upacara selesai dilanjutkan dengan penghormatan pasukan kepada inspektur upacara. Setelah itu inspektur upacara meninggalkan lapangan upacara setelah terlebih dahulu menerima laporan dari perwira upacara.

Daftar Nama Danyon/Dansat IAIN Raden Fatah Palembang

Nama Fakultas Periode
1. Andi Akil Syari’ah 1978-1979
2. Syukri Rosyik Syari’ah 1979-1982
3. Bustomi Ilyas Tarbiyah 1982-1983
4. Wawan Bunyamin Syari’ah 1983-1985
5. Abdul Aziz Kamis Ushuluddin 1985-1987
6. Edy Sukatwo Syari’ah 1987-1988
7. Kms Badaruddin Syari’ah 1988-1990
8. Rizal Tarbiyah 1990-1991
9. Nasaruddin CW Syari’ah 1991-1992
10. Lukman Hakim Syari’ah 1992-1993
11. Aziz Suwandi Ushuluddin 1993-1994
12. Zahran AW Ushuluddin 1994-1995
13. Irfan Arif Ushuluddin 1995-1996
14. Sarman Ushuluddin 1996-1997
15. Taufik Hidayat Tarbiyah 1997-1998
16. M Arqom Pamulutan Syari’ah 1998-1999
17. Suroto Syari’ah 1999-2000
18. Andri Farid Syari’ah 2000-2001
19. M Iqbal Adab 2001-2002
20. Kiki Subagyo Syari’ah 2002-2003
21. Samsul Bahri Syari’ah 2003-2004
22. Kodri Batoen Syari’ah 2004-2005
23. Zamzami Syari’ah 2005-2006
24. Puruantino Syari’ah 2006-2007
25. Nasrul Taufik Syari’ah 2007-2008
26. Meirza Tarbiyah 2008-2009

Penulis:
Andri Farid
-Mantan Komandan Satuan II IAIN Raden Fatah Palembang periode 2000-2001
-Staf Ahli Bidang Informasi dan Komunikasi Komando Resimen Mahawijaya Sumatera Selatan periode 2008-2010
-Sekarang aktif sebagai wartawan Harian BeritaPagi Palembang

Ditulis pada tanggal 18 Nopember 2008
Sumber: Dokumen Menwa IAIN Raden Fatah dan dari berbagai sumber

Sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=115782694594&topic=10614&__a=1